1.
Koauau
Dari
berbagai jenis flute yang ada di Selandia Baru, mungkin koauau adalah yang
paling banyak diapresiasi dan mendapat perhatian. Alat musik mungil ini dapat
dibuat dari berbagai macam bahan, seperti kayu, tulang sayap elang laut, bahkan
tulang manusia. Koauau adalah sejenis seruling yang ditiup lurus, dan memiliki
panjang 12 sampai 15 cm dengan jarak setiap lubang antara 1 sampai 2 cm. Ketika
tidak dimainkan, instrumen ini dikenakan di leher. Koauau memiliki tiga lubang
untuk jari (fingerholes).
Koauau adalah seruling dengan melodi yang bergetar, kadang-kadang bisa disertai
dengan vokal.
2. Gaohu
Gaohu (Hanzi:
高胡
gao4 hu2) adalah alat musik yang paling penting dalam musik tradisional Guangdong, RRC, bisa dikatakan bahwa
gaohu adalah "jiwa" dari musik Guangdong.
Walaupun tidak mutlak, tapi salah satu ciri khas gaohu
adalah ukiran kepala naga pada bagian atas alat musik dan bentuk
kotak suara yang bulat.
Ada pula gaohu versi utara yang berbeda dengan gaohu
versi selatan (Guangdong), gaohu versi utara merupakan modifikasi dari erhu untuk mendapatkan nada suara yang
lebih tinggi dari erhu, gaohu versi utara ini dimainkan seperti erhu. Biasanya
bentuk gaohu utara ini lenih menyerupai erhu dan tidak memakai ukiran kepala
naga dibagian atas gagangnya.
Gaohu dimainkan dengan cara dijepit di antara kaki
pemainnya. Suara yang dihasilkan dari alat musik ini lebih tinggi dari erhu.
Gaohu biasa disetel dengan nada A - E atau G - D.
3.
Bagpipe
Alat musik khas Skotlandia ini dimainkan dengan
cara ditiup. Namun, berbeda dengan seruling, bagpipe memiliki satu tabung untuk
menyimpan udara, sementara lubang seruling berjumlah lima buah.
4. Kompang
Kompang ialah sejenis alat musik tradisional
yang paling populer bagi masyarakat Melayu. Ia tergolong dalam kumpulan alat
musik gendang. Kulit kompang biasanya dibuat dari kulit kambing betina. Namun
belakangan, dibuat dari kulit lembu, kerbau, dan getah sintetis. Terdapat dua
bagian kompang, yaitu muka yang disebut belulang dan bagian badan yang disebut
baluh. Alat musik ini berasal dari dunia Arab dan dipercayai dibawa masuk ke
Tanah Melayu ketika zaman Kesultanan Melaka oleh pedagang India muslim, atau
melalui Jawa pada abad ke-13 oleh pedagang Arab.
Kompang biasanya berukuran 16 inci ukur lilit
dan ditutup dengan kepingan kulit pada sebelah permukaan. Ia memunyai bukaan
cetek dan dimainkan cara dipukul dengan sebelah tangan, sementara tangan yang
lain untuk memegang.Kompang biasanya dimainkan semasa arak-arakan, kenduri, dan
upacara-upacara tradisi lain. Di Sabah, pertandingan kompang sering diadakan
untuk memasyarakatkan kembali kesenian Melayu yang hampir punah.
5.
Erhu
Erhu merupakan alat musik tradisional Tiongkok
yang paling populer di samping Guzheng dan Dizi. Secara umum, keluarga alat
musik gesek ini dikenal juga dengan istilah huqin yang berarti "alat musik
orang barbar". Dinamakan demikian karena diperkenalkan oleh orang barbar
yang berasal dari Asia Tengah. Huqin telah berumur sekitar 500 tahun. Mulai
populer pada zaman Dinasti Sung (960–1279), yang berlanjut ke zaman Dinasti
Ming (1368–1644) dan Dinasti Qing (1644–1911). Dalam kurun waktu tersebut,
huqin telah berkembang menjadi bermacam-macam jenis, termasuk yang kita kenal
sekarang sebagai erhu.Pada mulanya, erhu menggunakan dua senar yang terbuat
dari sutra, tetapi sekarang menggunakan senar dari logam. Erhu biasanya
menggunakan membran dari kulit ular piton, tetapi ada juga yang menggunakan
bahan lain. Kotak suara dapat berbentuk segi enam, segi delapan, atau bulat.
Kotak suara ini juga bervariasi ukurannya. Semakin besar ukuran kotak suaranya,
bunyi bas yang dihasilkan semakin besar. Begitu pula sebaliknya. Erhu digesek
dengan busur yang terbuat dari bambu dan rambut ekor kuda. Rambut ekor kuda
tersebut digosok dengan damar (gondorukem) sehingga terasa kesat waktu digesek.
Erhu biasa disetel dengan nada D - A atau C – G.
6. MARAKAS
Marakas atau dalam bahasa asing disebut
Maracas, Maracax'a, Maraca' Mbara'ka, di kategorikan sebagai alat musik
perkusi. Pada masa lalu instrumen ini dimainkan secara tunggal, sebagai media
penyembuhan dalam banyak prosesi ritual hampir di seluruh Afrika, Amerika
Selatan dan Karibia. Marakas termasuk dalam jenis perkusi idiophones atau
autophones dan juga merupakan salah satu bagian penting dari musik Cuba, Salsa,
Rumba, Charanga dan Trova Ensemble. Jenis alat musik ini hampir dapat ditemukan
di seluruh dunia. Dalam Big Band dan Orkestra biasanya menggunakan alat musik
ini, itu dikarenakan pengaruh dari berbagai musik Latin.
7. Sanxian
Sanxian (Chinese: 三弦, harfiah "tiga senar") adalah alat musik petik fretless dengan
gagang panjang, bersenar tiga dengan membran yang terbuat dari kulit yang
direntangkan pada resonator atau soundbox, biasanya kulit yang digunakan adalah
kulit ular ular phyton.Suara yang dihasilkan sangat khas dan jangkauan nada
yang dihasilkan juga lebar.Sanxian banyak dimainkan sebagai pengiring, dalam
orkestra maupun pertunjukan solo.
Sanxian sudah diciptakan
sejak Dinasti Yuan ( abad 13 ), kemudian berkembang sampai ke Jepang dan
dinamakan Samishen. Keunikannya adalah dengan memanfaatkan kulit ular Phyton
untuk membran yang terpasang pada bagian yang menghasilkan suaranya. Pada awal
abad ke 20, Sanxian dekembangkan menjadi senar 4 ( empat ).Nada yang di
hasilkan kering agak perkusi dan volume keras mirip dengan banjo
8. TAIKO
Taiko yang memiliki arti
berarti “drum yang besar”. Pada zaman/masa feodal di Jepang, taiko
biasanya dipergunakan sebagai motivator kepada seluruh pasukan dan bisa juga digunakan
untuk memberikan perintah dan juga mengumukan hal-hal penting. Dikala
telah memasuki medan perang taiko yaku yang artinya penabuh drum adalah orang
yang paling bertanggung jawab untuk mengatur langkah barisan.
9.
Kundu
Kundu adalah nama yang diberikan untuk drum tangan yang terdapat di
Papua Nugini. Drum kundu biasanya menggunakan kulit kadal di bagian atas dan
bagian badannya terbuat dari kayu yang dilubangi. Drum Kundu bisa terdapat
dalam berbagai ukuran, mulai dari yang berdiameter 30 cm hingga lebih dari 200
cm seperti yang ditemukan di sekitar Gogodala. Beberapa kundu memiliki
pegangan, sementara yang lain tidak. Hal ini tidak ditentukan oleh ukuran,
melainkan oleh gaya memainkannya. Badan kundu biasanya dihiasi dengan
ukir-ukiran khas Papua Nugini. Kualitas seni digambarkan pada badan drum
biasanya akan menentukan nilai kundu tersebut.
10. JIMBE
Jimbe atau Djembe adalah merupakan salah satu
alat musik perkusi ritmik yang populer di dunia masa kini. Menurut salah
seorang penelti alat musik, jimbe adalah hasil kreasi orang di Sierra Leone,
Afrika. Cikal bakal jimbe adalah Sangba dan memang benar dari tempat alat
musik ini berasal ternyata penyebarannya tidak menyeluruh di benua Afrika. Ada
banyak nama untuk alat musik berjenis seperti ini, di antaranya sangba, yimbei,
jimberu, bata, tapoi dan lainnya. Masing-masing dari alat musik ini dimainkan
oleh kelompok-kelompok, orang-orang ataupun suku-suku yang berbeda pula. Di
daerah Mali misalnya, jimbe dipergunakan hanya pada malam hari untuk berbagai
perayaan, misalnya menyambut bulan purnama, datangnya musim semi, musim panas,
musim panen, musim dingin, perkawinan, pembaptisan dan lain sebagainya.
11. Banhu
Banhu (Hanzi: 板胡 ban3 hu2 baca: pan3 hu2) adalah salah satu
alat musik gesek tradisional Tiongkok dari keluarga instrumen huqin. Banhu biasanya digunakan di daerah utara
Tiongkok. Kata 'ban' berarti sepotong kayu dan 'hu' adalah kependekan dari
huqin.
Seperti erhu dan gaohu, banhu juga
memiliki dua senar, namun banhu berbeda dari erhu sebab kotak suaranya terbuat
dari batok kelapa, bukan dari
kayu, dan penutupnya menggunakan papan kayu tipis, bukan kulit ular.
Yehu, sebuah alat
musik gesek Tiongkok lainnya yang menggunakan tempurung kelapa dan papan kayu,
kebanyakan digunakan di Tiongkok selatan.
12. Daegeum
Daegeum adalah suling
bambu besar dari Korea. Daegeum memiliki membran yang menghasilkan suara berat atau
melankolis. Daegeum dimainkan dalam permainan musik istana dan musik rakyat,
secara solo maupun orkestra.
Jenis
suling yang sama namun lebih kecil adalah junggeum (중금; 中琴) dan sogeum (소금;小琴). Tiga suling ini dikenal juga sebagaisamjuk (삼죽; 三竹; atau "tiga
bambu"). Samjuk bermula dari zaman kerajaan Silla.
Permainan
solo daegeum yang disebut daegeum sanjo adalah Warisan Budaya Nonbendawi Korea
Selatan pada tahun
1971.
13. Kalimba
Kalimba atau juga di sebutl
thumb piano (piano jempol) adalah alat musik perkusi. Alat musik ini merupakan
versi modern dari alat musi tradisonal Afrika Selatan bernama mbira. Terdiri
dari sebuah koatak resonator berongga dengan tuts-tuts logam yang menempel ke
bagian atas untuk memeberikan not-not berbeda. Instrumen ini berhasil menarik
perhatia grup musik Earth Wind and Fire untuk membuat, serta menyanyikan sebuah
lagu khusus berjudul Kalimba Story, yang liriknya bercerita tentang alat ini
dan tentunya tidak lupa sembari menyisipkan nada-nada dari instrumen unik yang
satu ini.
14. MBIRA
Dalam musik
Afrika , yang mbira (juga dikenal sebagai Likembe,
Mbila, piano Thumb ,Mbira Huru, Mbira Njari, Mbira Nyunga Nyunga,
Karimbao atau Kalimba ) adalah alat musik yang terdiri
dari papan kayu yang terhuyung kunci logam telah terpasang. Di Afrika
Timur dan Selatan ada banyak jenis mbira, biasanya disertai oleh hosho .
Mbira biasanya diklasifikasikan sebagai bagian darilamellaphone keluarga.
I Di beberapa tempat juga dikenal sebagai sanza atau Sansa.
15. SHAMISEN
Shamisen yang bentuknya sangat indah, bahkan
tidak sedikit orang yang bilang kalau bentuk dari alat musik ini terinspirasi
dari indahnya lekukan tubuh wanita. Bahkan masyarakat jepang sendiri
banyak yang terkagum-kagum ketika pertama kali melihat keindahan bentuk
shamisen ini.
SHAMISEN terdiri dari 3 dawai yang mempunyai
ketebalan yang berbeda-beda. Yang menghasilkan suara tertinggi adalah
dawai yang tipis begitu pula sebaliknya dawai yang lebih tebal akan
menghasilkan suara yang lebih tinggi.
16. Bansuri
Bambu merupakan tanaman yang
mudah ditemui di daratan Asia, sehingga tidak heran apabila banyak alat musik
tradisional yang terbuat dari bambu. Di India, suling yang dikenal dengan nama
bansuri menjadi alat yang hampir mendominasi komposisi musik tradisional India.
Pandit Pannalal Ghosh, Hari Prasad Chauria merupakan beberapa peniup bansuri
yang popular di India.
17. Sitar
Sitar (Urdu/Persia: سهتار ṣītār, Hindi: सितार) adalah salah satu jenis alat musik yang berasal dari Asia Selatan. Alat musik klasikHindustan yang menggunakan
dawai/senar. Alat musik ini menggunakan dawai simpatetik bersama dengan dawai biasa
dan ruang resonansi menggunakan gourd (sejenis buah-buahan yang dikeringkan
dan berongga di dalamnya) sehingga menghasilkan suara yang unik. Sitar
merupakan alat musik yang sering digunakan dalam seni musik klasik hindustan
sejak Zaman Pertengahan. Sitar diyakini telah
diturunkan dari Veena instrumen kuno India dan dimodifikasi oleh musisi
pengadilan Mughal agar sesuai dengan selera pelanggan Persia dan dinamai alat
Persia yang disebut Setar (berarti "tiga senar"). Sejak itu, sitar mengalami
banyak perubahan, dan sitar modern yang berkembang di India abad ke-18.
18. Shehnai
Shehnai berasal dari benua india.
Alat musik tiup yang satu ini dipopularkan oleh musisi legendaris Ustad
Bismillah Khan. Shehnai memiliki bentuk perpaduan antara seruling dengan
trompet, namun terbuat dari kayu pilihan. Shehnai merupakan alat musik yang
digunakan untuk mengiringi prosesi keagamaan, seperti pernikahan.
19. Qanun (Kecapi Arab)
Qanum adalah alat musik dawai seperti kecapi atau
zither yang berasal dari Harpa Mesir, dan dimainkan sejak Abad X, kemudian
dibawa ke Eropa pada Abad XII. Arti Qanun sebenarnya
adalah Hukum.
Bentuk Qanun adalah seperti trapesium dengan papan
suara yang datar untuk 81 dawai, di mana dibagi 3 kelompok akord. Cara
memainkan adalah dengan meletakkan diatas pangkuan atau meja, dibunyikan dengan
petikan jari di mana terdapat 4 plektrum dipasang pada ujung 4 jari (bukan
jempol) setiap tangan, dawai ditumpu oleh penunjang (brigde) pada kulit
domba atau ikan yang menutupi sebagian qanun yang segi empat (jadi suara dibuat
dengan resonansi kulit domba/ikan tersebut). Pemain juga akan membuat Maqam baru
dengan tangannya, termasuk untuk modulasi.
20. Dizi
Dizi (笛子)adalah nama alat musik tiup berupa seruling horizontal yang berasal dari Cina.[1][2][3] Dizi berawal dari Asia Tengah dan masuk ke Tiongkok pada 2 SM dan mengubah bahan dasar Dizi menjadi bambu. Saat itu Dizi terbuat dari tulang. Sebelum Dinasti Han, Dizi yang pada masa itu disebut Di mengacu pada seruling vertikal. Kemudian pada masa Dinasti Tang barulah diadakan perbedaan yaitu nama Di
untuk seruling horizontal dan Xiao untuk seruling vertikal.Pada abad ke 7 M, sebuah selaput
ditambahkan dan namanya berubah menjadi Dizi.
Dizi modern memiliki 12 lubang yang
terdiri dari satu lubang untuk meniup, satu lubang membran, enam lubang untuk memainkan, empat lubang
untuk memperbaiki tinggi rendah nada dan memasang pajangan. Berbeda dengan Xiao, Dizi memiliki
nada jernih dan bergema sehingga cocok untuk mengekspresikan irama gembira dan
dapat meniru suara burung-burung yang berbeda.